Minggu, 25 Oktober 2009

Renang Indonesia Targetkan 2 Emans di Sea Games

Indonesia menargetkan minimal meraih dua emas pada SEA Games Laos XXV yang rencananya akan digelar pada Desember 2009 mendatang.

Pelatih Kepala PAL Renang Hartadi Nurjojo di Jakarta, Sabtu mengatakan, target emas tersebut akan dibebankan pada perenang putra untuk kelas 100 meter gaya punggung dan 100 meter gaya dada.

"Saat ini atlet masih terus melakukan latihan agar peluang mendapatkan emas bisa diraih," katanya di sela-sela kejuaraan renang Indonesia Open 2009 di Senayan.

Kedua atlet yang diharapkan mampu meraih emas pada event dua tahunan tersebut adalah Glen Victor untuk kelas 100 meter gaya punggung dan Indra Gunawan untuk kelas 100 meter gaya dada.

Saat ini, perenang tersebut masih menjalani pemusatan latihan di Australia. Dengan beberapa kali uji coba kemampuan dari keduanya telah siap untuk diterjunkan pada arena SEA Games Laos.

"Hasil ujicoba di Australia sudah 99 persen hasilnya. Yang jelas keduanya cukup menjanjikan," katanya menambahkan.

Ia menjelaskan, selain menyiapkan kedua atlet renang tersebut pihaknya juga mempersiapkan tim pelapis yaitu untuk kelas 4x100 gaya ganti putra. Pada kelas ini ada empat perenang yang disiapkan yaitu Glen Victor, Indra Gunawan, Triaji Fauzi dan Nico.

"Selain itu juga dipersiapkan atlet-atlet yang selama ini masuk dalam PAL," katanya menegaskan.

Ditanya target disektor putri, Hartadi belum bisa menentukan dengan pasti. Namun demikian, pihaknya yakin disektor putri minimal mendapatkan medali perunggu.

Ambisi Kemenangan Ganda Christoper

PALEMBANG - Petenis peringkat satu nasional Christopher Rungkat dan pasangannya Nesa Artha menjadi juara di nomor ganda putra usai mengalahkan pasangan, Sunu Wahyu-Surya Wijaya Budi dengan skor 6-1, 6-1 di babak final Bukit Asam Open memperebutkan Piala Alex Noerdin Cup pada partai final, Sabtu (24/10).

Kemenangan ini akan menjadi ganda bagi Christoper jika berhasil mengelahkan Andrey di final nomor tunggal putra, Minggu (25/10) besok. Sebelumnya di nomor tunggal putra ini, Chris sapaannya, sukses mengalahkan saingan beratnya Sunu Wahyu dengan skor 6-4, 3-6, dan 6-1.
"Ambisi? ya memang di dua nomor ini tentunya. Sebab peluang sudah terbuka lebar," ujar Christoper ditemui usai pertandingan.

Meski demikian Christoper mengakui lawan-lawannya kali ini sangat tangguh. Namun dia tampil lebih baik karena memiliki persiapan matang. Selain berbicara tentang lawannya di Masters Series di Palembang, pemuda usia 19 tahun ini, berbicara tentang minimnya pertandingan Internasional, karena tidak ada sponsor yang membiayai. Juga soal peluangnya di SEA Games Laos mendatang. "Meski peringkat satu nasional, tetapi kemampuan saya tidak jauh beda dengan petenis-petenis lainnya macam Sunu Wahyu, Nesa, dan Andrey yang peringkat 2-4 nasional," ujarnya.

Sementara terkait dengan persiapannya di SEA Games mendatang, Christoper berharap akan banyak mengikuti pertandingan-pertandingan tingkat internasional. Paling tidak even di tingkat internasional ini 3-4 even harus diikuti."Sebab kami dibebeni target dua emas di ganda putra dan campuran," ujar pemuda 19 tahun ini.

Karena ia sadar saingan terberat adalah petenis Thailand yang kini peringkat 100 dunia. Jika bandingkan dengan petenis Indonesia yang masih diperingkat 1.000 dunia. "Artinya akan sulit menghadapi Thailand," kata Christoper.

Namun dikancah internasional, Christoper dan teman-temannya berambisi memperbaiki peringkatnya secara internasional. Namun permasalahannya adalah kendala biaya dan sponsor. Sebab untuk melakoni pertandingan internasional memerlukan biaya puluhan bahkan ratusan juta rupiah."Kemampuan kita sebenarnya tidak kalah dengan petenis dari negara luar, masalahnya hanya sponsor saja," katanya.

Akibat tidak ada sponsor, meski banyak petenis Indonesia termasuk dirinya yang sebenarnya mampu bersaing di level Internasional tidak memiliki kesempatan bertandingan dan memperbaiki peringkat dunia. Sehingga banyak mereka akhirnya fokus di level nasional."Kalau kita aktif mengikuti pertandingan, maka peringkat akan naik dengan sendirinya, begitupun sebaliknya akan turun sendiri, jika kita tidak mengikuti pertandingan," ujar Christoper.

Persimuba Tantang Sriwijaya FC

PALEMBANG - Untuk menyiasati lamanya jedah waktu pertandingan di Liga Super Indonesia, Sriwijaya FC kembali menggelar ujicoba untuk memaksimalkan permainan Kayamba cs. Salah satu lawan yang akan dihadapi SFC adalah Persimuba, di Stadion Sepakbola Sekayu, 7 November mendatang.

Ujicoba ini sifatnya partai persahabatan dan pemanasan sebelum Oktavianus cs melakoni laga lawan Persitara Jakarta Utara 20 November.

"Sebenarnya yang meminta bertandingan ada Persimuba. Tetapi kita juga membutuhkan laga ini untuk ujicoba," kata Manajer SFC Hendri Zainuddin, Sabtu (24/10).

Menurut anggota DPR RI ini, kondisi tim tidak ada masalah, para pemain tetap latihan rutin seperti biasa. Namun diakuinya waktu panjang ini SFC lebih membutuhkan banyak ujicoba. Sehingga dalam waktu dekat akan dijadwalkan juta ujicoba lawan Timnas U-23."Kita memang membutuhkan banyak ujicoba. Dengan tim manapun ujicoba akan ada manfaatnya bagi tim," ujar Hendri.

PNS OKUT Pakai Kartu Pegawai Elektronik

PNS OKUT Pakai Kartu Pegawai Elektronik
SRIPO/HERMAN
Isrin Effendi
Sriwijaya Post - Rabu, 21 Oktober 2009 14:49 WIB

MARTAPURA – Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Pemerintah Kabupaten OKU Timur akan segera memiliki Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE).
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) OKUT Drs Isrin Effendi, MSi, Kamis (20/10) mengatakan, pemberlakuan cetak KPE tersebut akan diawali PNS di lingkungan Pemkab OKU Timur dengan jadwal pembuatan mulai pada 22 hingga 29 Oktober 2009 mendatang.
“Pemberlakuan kartu pegawai baru ini menyusul adanya Impelementasi Sistem Biometric PNS Berbasis Elektronik oleh Badan Kepegawainan Nasional RI yang diterapkan di seluruh daerah di Indonesia,” tegasnya.
Dijelaskan untuk untuk tahap pertama dari seluruh total PNS di OKU Timur 7.221 orang, baru sebanyak 2.672 PNS saja yang akan diberikan Kartu Pegawai dengan sisten KPE.
“Kedepan kartu pegawai ini akan memiliki keunggulan diantaranya dapat digunakan sebagai kartu Automatic Teller Mechine atau (ATM) Bank yang ditunjuk seperti Bank Sumsel, disamping juga dapat berfungsi sebagai kartu Asuransi Kesehatan (Askes), Tabungan Perumahan (Taperum) dan Tabungan Pensiun (Taspen),” ucapnya.
Untuk kelancaran pembuatan kartu pegawai baru ini selain dilakukan di lingkungan Sekretariat Daerah (Setda) juga akan dilakukan di Dinas Kesehatan OKU Timur dan Kantor Camat Belitang di Gumawang.
“Bagi PNS yang hendak membuat kartu pegawai ini silahkan mendatangi ketiga tempat itu dengan mengenakan pakaian dinas harian (PDH) serta membawa identitas diri seperti KTP, SIM dan Kartu Pegawai yang lama,” pungkasnya.

Musim Tanam di Sumsel Tertunda

MUSI RAWAS - Ratusan hektar sawah di Desa Satan Indah, Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatra Selatan gagal melakukan penanaman padi akibat adanya pengeringan irigasi di daerah itu untuk perbaikan.

"Tiga kelompok tani di Desa Satan Indah yang memiliki lahan mencapai 250 hektar lebih, pada musim tanam kedua Oktober 2009, terpaksa tidak bisa dilakukan. Karena saat ini pihak PU Pengairan Musi Rawas menutup total saluran irigasi menuju Desa Satan Indah, karena ada kegiatan perehaban irigasi," kata Kepala Desa Satan Indah, Subandi, Sabtu (24/10).

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari petani yang ada di desanya saat ini hanya mengandalkan sisa hasil panen pada musim tanam sebelumnya, kalangan petani setempat kata dia berharap pihak terkait dapat secepatnya menyelesaikan perbaikan saluran irigasi yang menuju desa mereka, sehingga mereka bisa kembali bercocok tanam.

"Ada beberapa petani yang tidak mengikuti pola tanam serentak, dimana mereka mulai menanam sejak bulan Juli lalu, akibatnya tanaman padi yang mulai berbuah itu banyak yang mati dan mengalami kerusakan karena tidak adanya pasokan air," ujarnya.

Tarmizi (43) ketua Kelompok (Poktan) Tani Karya Muda mengeluhkan lambannya pengerjaan pengeringan dan perbaikan irigasi yang dilakukan Pemkab Musi Rawas, karena 30 anggota kelompoknya saat ini sudah bersiap-siap untuk menggarap lahan pada musim tanam kali ini dan tinggal menunggu pasokan air.

"Biasanya akhir Oktober ini kami sudah panen, jika menanam bulan Juli lalu. Karena saat itu ada himbauan dari pihak PU Pengairan Musi Rawas yang akan melakukan perbaikan irigasi sehingga kami mengurungkan penanaman," terangnya.

Namun sejauh ini, kinerja kontraktor dan dinas terkait dalam proses perbaikan irigasi didaerah itu terkesan lamban sehingga memakan waktu hingga lima bulan lebih, akibatnya petani yang dirugikan.

Untuk itu dia berharap, agar Pemkab Musi Rawas melalui dinas terkait dapat segera menyelesaikan perbaikan irigasi tersebut, karena musim tanam kedua 2009 sudah lewat, sehingga nantinya tidak merugikan petani.

Ijazah Pelamar CPNS Banyak Non Legalisir

PRABUMULIH - Proses penerimaan CPNS di Pemkot Prabumulih tidak menemukan banyak kendala. Sayangnya, banyak pelamar yang menyertakan ijazah pendidikan non legalisir.

“Pelamar hanya menyertakan fotokopi ijazah saja. Nanti lamarannya kita kembalikan untuk dilengkapi,” ujar Walikota Prabumulih, Drs H Rachman Djalili MM usai memantau kesiapan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dalam hal seleksi penerimaan CPNS di lingkungan Prabumulih, Selasa (20/10).

Penerimaan CPNS tahun 2009 di Pemkot Prabumulih dimulai sejak 15 Oktober lalu dan berakhir 29 Oktober mendatang. Dari seluruh lamaran yang masuk via pos, sebagian diantaranya kurang melengkapi persyaratan yang ada.

Lamaran yang kurang lengkap bakal dikembalikan ke pengirim via pos. Nantinya calon pelamar bisa melengkapi syarat yang kurang untuk kemudian dikirimkan kembali ke panitia penerimaan CPNS.

“Kesalahan atau kekurangannya nanti diberi tahu dalam amplop yang dikirimkan kembali,” kata Walikota didampingi Kepala BKD Prabumulih, Soban Asmuni.

Dari sekian banyak lamaran yang dikirimkan, kesalahan terbanyak terjadi pada syarat ijazah yang dikirim. Panitia menetapkan ijazah harus dilegalisir dari lembaga pendidikan tempat belajar yang bersangkutan.

“Seluruh lamaran yang dikembalikan didominasi kesalahan ijazah yang non legalisir,” tambah walikota.

Selain legalisir, banyak pelamar yang melamar posisi yang tidak sesuai dengan jurusan pendidikan. Untuk kesalahan ini, panitia tidak menolerir.

Pelamar yang salah memilih jurusan tidak akan dipanggil mengikuti tes selanjutnya. Pelamar tersebut juga mendapat surat pemberitahuan penolakan dengan alasan yang jelas.

“Untuk kesalahan jurusan terpaksa ditolak,” katanya.

Yusuf Mekki Ketua DPRD OKI Defenitif

KAYUAGUNG - Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Ogan Komering Ilir (OKI) Kamis (22/10) dilantik di Ruang Rapat Paripurna Dewan setempat. Ketua sementara H Yusuf Mekki, SSos dilantik dan diambil sumpah menjadi Ketua DPRD defenitif oleh Ketua Pengadilan Negeri Kayuagung, Saryana, SH, MH.
Mendampingi Ketua Partai PDI-Perjuangan ini selaku Wakil Ketua I yakni, H Darmiat Matdiah, Spd dari Partai Demokrat dan Wakil Ketua II Nawawi dari Partai Golkar dan Wakil Ketua III Askweni, Spd dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ketiga partai di atas sendiri dalam pemilihan legislatif memperoleh suara terbanyak mendudukkan wakil rakyat mereka. PDI-P mendudukan sepuluh orang anggota dewan. Disusul Partai Demokrat dengan enam orang anggota dewan. Partai Golkar sendiri ada lima orang anggota dewan serta PKS ada lima orang anggota dewan.
Dilantiknya HM Yusuf Mekki, SSos ini memberikan harapan besar pembangunan Kabupaten OKI lebih maju. Mengingat Ketua PDI-P OKI ini masih bertalian hubungan saudara kandung. Yusuf Mekki adalah adik kandung Bupati OKI, Ir H Ishak Mekki, MM.
"Pak Yusuf orang yang religius, demikian juga pak Ishak. Walaupun mereka dua bersaudara, saya yakin pemerintahan dan pembangunan OKI ke depan dapat lebih maju lagi. Semoga harapan kita bersama menjadikan Kabupaten OKI yang Sejehtera dan Mandiri, beriman dan berkualitas dapat benar-benar dirasakan masyarakat," harap Ketua Tokoh Adat OKI," Drs H A Rahman Ahmad

Palembang Tempo 1950-an

MEMBAYANGKAN kembali suasana kota Palembang di era awal pasca revolusi fisik, mengarahkan ingatan para sesepuh yang pernah merasakan masa ini. Suatu penggalan waktu yang menorehkan nostalgia lama. Suasana kota yang jelas masih terasa sepi dibandingkan dengan saat ini. Geliat kehidupan sehari-hari belum sepadat sekarang, dengan jumlah penduduk sekitar 400 ribu jiwa, Palembang masih terasa lengang untuk ukuran masa kini.

Di era awal pasca pengakuan kedaulatan Republik Indonesia sebagai kelanjutan kebijakan kolonial Belanda di kotapraja atau haminte Palembang, kota ini mulai menunjukkan ciri sebagai kota yang semakin multi etnik. Menurut catatan RHM Akib, secara etnologis suku bangsa Palembang meliputi kurang lebih 50 % dari penduduk kota di atas. Suku bangsa Indonesia lain yang menetap dan mencari hidup di sini dari berbagai pelosok Sumatera seperti Tapanuli, Minangkabau, Jawa dan pedalaman daerah Palembang. Selain itu orang Tionghoa, Arab, India seperti pemilik merk dagang martabak HAR, dan bangsa Barat lain di antaranya Amerika, Eropa, terutama Belanda.

Tidak berlebihan jika pada era ini ciri sebagai kota melting pot atau panci adukan dari berbagai suku bangsa dan keturunan mulai terbangun. Dari bermacam suku bangsa ini mulai tidak lagi membawa simbol kedaerahan justru menjadi satu dengan sebutan wong Palembang atau wong kito. Nama beberapa tokoh pahlawan Sumsel semisal dr AK Gani, Jenderal Bambang Utoyo yang menjadi tokoh masyarakat dapat menguatkan asumsi ini.

Pada masa itu pula konsentrasi pemukiman masih tertumpu pada beberapa titik. Lihat saja kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan di kiri kanan jalan Kapten A Rivai belum ada, kawasan tersebut dalam bentangan peta lama tertulis sebagai daerah pinggiran yang bernama Talang Pangeran Suryo dan Talang Gerunik. Daerah pendidikan di sekitar kampus Universitas Sriwijaya yang baru dirintis di atas tahun 1956 pun masih terekam dalam ingatan pelajar yang menempuh studi di sana sebagai tempat yang belum dilalui angkutan umum. Angkutan umum dari arah depan Mesjid Agung baru sampai si kawasan simpang PHB jalan Cek Bakar. Jadi, untuk sampai di sekolah di arah Bukit masih harus ditempuh dengan jalan kaki.

Apalagi jalan lingkar barat sekarang, baik yang menuju jalan Parameswara dan komplek Polygon Bukit Sejahtera serta jalan Demang Lebar Daun yang mengarah ke Griya Agung, tercatat sebagai talang yang banyak ditanami pohon buah seperti cempedak masih diselingi hutan, rawa dan semak belukar bernama Talang Macan Lindungan. Begitu pula dengan sisi lain kota yang beraroma cuko pempek ini, seperti arah ke bandara lama Talang Betutu masih banyak lahan yang ditanami batang para. Seperti diketahui batas kota saja hingga tahun-tahun awal 1980-an masih sebatas Pasar “Paal limo” KM 5. Akan halnya sebutan Palimo (Paal Limo) karena terhitung dari titik nol pusat kota di kawasan Air Mancur. Bandingkan dengan sebutan Palmerah dan Palmeriam di Jakarta yang menyebut titik kilometer di awal nama kawasan tersebut di Jakarta.

Kapal Mari
Jelas pula, Jembatan Ampera si tengara (landmark) Kota Palembang modern belum terpancang dan melintang di atas alur Sungai Musi. Arus lalu lalang masyarakat dari Seberang Ulu dan ke kawasan Seberang Ilir atau sebaliknya dilayani oleh kapal penyeberangan (veerpont) yang berlabuh di pelabuhan atau boom 16 Ilir dan 7 Ulu. Di antara kapal tersebut bernama lambung Siguntang dan Ario Dillah. Untuk sekali menyeberang ditarik ongkos Rp. 0,25. Bandingkan kalau menumpang perahu tambangan yang dikayuh dengan tangan tarifnya Rp. 0,50. Masyarakat menyebut kapal penyeberangan itu sebagai kapal Mari.

Merasakan lambatnya arus lalu lintas ini membuat jarak yang ditempuh terasa jauh. Jadi jangan heran jika masyarakat di kawasan Plaju ketika hendak menuju pusat kota di Seberang Ilir menyebut rencana perjalanan tersebut sebagai “nak ke Pelembang”. Ucapan tersebut sampai saat ini masih bersisa pada beberapa kalangan. Bahkan penamaan tempat lahir dalam akta kelahiran pun bagi yang dilahirkan di daerah instalasi minyak ini sebagai Plaju bukan Palembang, contoh “tempat/tanggal lahir: Plaju, 1 Januari 1955. Hingga ada seloroh sesama teman sekolah “Plaju itu kota atau bukan?”

Geliat kota yang terasa lebih aktif secara umum baru terjadi di atas tahun 1955 seiring dengan pompa denyut nadi pertumbuhan bisnis. Beberapa pasar mulai dibangun di sekitar Palembang di tahun-tahun ini, cikal bakal pasar Lemabang, pasar Palimo, Pasar Kebon Semai dan pasar lain semakin ramai. Dengan tumbuhnya sentra bisnis ini mendorong pula perluasan kampung hunian yang mengitari pasar-pasar tersebut. Suasana dunia perekonomian yang cenderung identik dengan masyarakat Tionghoa menampakkan wajahnya dengan lebih apa adanya ketimbang era di atas tahun 1966 dan sesudahnya. Kaum Tionghoa menamakan masing-masing usahanya dengan simbol kultur Tionghoanya, baik nama tokonya atau aksara nama toko tersebut.

Lihat saja nama sederet toko dan usaha bisnis berikut: toko Chin Nam Hong, Hok Kim Seng, Ban Sun Lie, atau Optical Nam San, Thong Bieng Kongsie, NV. Soen Kie dan lain-lain. Hal mana berlaku juga pada unit usaha yang masih dimiliki orang Belanda seperti Industriele Handels Vennootschap Engineering J. H. De Bijl, Moluksche Handels Vennotschap, N.V. Borsumij dan nama lain yang jika dituliskan pun justru meletihkan mata untuk membacanya!

Toko De Zon
Di antara unit usaha yang terus menggeliat tersebut ada satu unit usaha toko yang legendaris bagi masyarakat Palembang yang merasakan masa itu, yakni keberadaan toko De Zon di bilangan jalan Tengkuruk di depan Masjid Agung. Toko yang mempraktekkan usaha dagang dengan harga pasti (vaste prijs) supaya pembeli tidak banyak membuang tempo tawar menawar dan orang tidak usah khawatir akan membeli terlalu mahal. Selengkapnya toko ini bernama N.V. Handel Mij “Toko De Zon”. Sebuah toko yang menempati sembilan pintu ini terletak di jalan Tengkuruk 18-26. Jika menggunakan nama toko serba ada alias supermarket, inilah toserba pertama di Palembang. Toko yang berarti Matahari itu berdagang rupa-rupa tekstil, barang kelontongan dan perabot rumah tangga lainnya.

Di dunia hiburan tidak kalah dengan ibukota Jakarta, Palembang juga diramaikan oleh pemutaran film di bioskop-bioskop seperti Capitol di jalan Tengkuruk, Initium di jalan Sekanak, International di jalan Sudirman atau di International Plaza sekarang, Lucky di Taman Pancawarna, Majestic di jalan Sudirman, Merdeka di 10 Ulu, Persatuan di Kertapati, Rex di 28 Ilir Sekanak, dan Saga di jalan Merdeka. Masing-masing bioskop tersebut menyebut dirinya bioskop, theatre, atau cinema. Karena hanya itulah dunia hiburan yang keren di masa tersebut, maka jangan heran jika setiap sore hingga malam hari, orang ramai mengantri di muka loket untuk menonton film. Di sisi lain kebutuhan akan hiburan ini mendorong munculnya aktifitas tukang catut atau ngulo karcis masuk bioskop, yang dilakukan orang tertentu yang mengambil selisih harga dari harga resmi tiket masuk.

Pengorbanan mengantri karcis atau terpaksa membeli tiket masuk bioskop dari tangan ulo menjadi terlupakan tatkala tontonan seperti film Samson and Delilah yang dibintangi oleh Victor Mature dan Heddy Lamar bisa dinikmati di gelapnya ruang bioskop. Film dengan latar western atau koboi pun banyak ditayangkan. Inilah di antara kesan tak terlupakan remaja di tahun 50-an.

Giliran Manado Diguncang Gempa

Minggu, 25 Oktober 2009 - 09:47 wib
text TEXT SIZE :
Share
Muhammad Saifullah - Okezone

JAKARTA - Usai mengguncang wilayah Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Mentawai, pada pagi ini gempa juga menyambangi bumi Manado sekira pukul 09.25 WIB, Minggu (25/10/2009).

Gempa berkekuatan 5,2 skala Richter itu berpusat di 123 kilometer timur laut Manado, Sulawesi Utara dengan kedalaman 10 kilometer. Lokasi persisnya di koordinat 2,34 Lintang Utara dan 125,55 Bujur Timur.

Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan gempa ini tidak berpotensi memicu gelombang tsunami.

Ikan Patin Raksasa Gemparkan Palembang

Sabtu, 1 November 2008 | 13:42 WIB

PALEMBANG — Seekor ikan patin (Pangasius hypothalmus) raksasa seberat 43 kg dengan panjang sekitar 1,3 meter berhasil ditangkap nelayan di Sungai Musi. Patin yang umurnya diperkirakan sekitar delapan tahun itu dijual pedagang ikan di Pasar Cinde seharga Rp 2,3 juta.

Ukuran ikan itu memang ekstrabesar, hampir sama tinggi dengan anak usia lima tahun. Lebar tubuh mencapai 40 cm. Perutnya mengelembung berisi telur sekitar 3 kg. Warnanya putih dan belang hitam di bagian punggung, terasa kenyal saat dipegang.

Dapat dibayangkan, untuk seokor patin ukuran 1 kg biasanya habis oleh tiga orang sekali makan. Berarti, ikan raksasa ini cukup untuk lauk makan 130 orang.

Ikan tersebut tergolek di atas lapak milik Heri (43) dan adiknya, Fendi (40), pedagang ikan di Pasar Cinde, Jumat (31/10). Namun, karena tidak ada yang sanggup membelinya, dimasukkan ke dalam kardus ukuran televisi 21 inch berisi bongkahan batu es. Keduanya kesulitan mengangkatnya.

Menurut Heri, selama lebih dari 20 tahun berdagang ikan di Pasar Cinde, baru kali ini ia mendapat ikan patin sungai seberat 43 kilogram. Ia mendapatkannya dari Yanto, seorang pengumpul ikan dari nelayan di kawasan Sungai Lais, sekitar pukul 08.00.

Ikan patin itu masih hidup saat dibawa ke pasar. Awalnya Yanto menawarkannya kepada Zairul, pedagang ikan lainnya. Namun, Zairul tidak sanggup membelinya karena Yanto menetapkan harga Rp 40.000 per kg atau sekitar Rp 1,6 juta.

"Kalau patin 30 kg itu biasa, kadang dapat kita. Namun, kalau sebesar anak SMP seperti ini baru luar biasa," kata Heri. Kehadiran ikan raksasa di lapak dua bersaudara ini sempat mengundang perhatian warga, bahkan sesama pedagang ikan pun sempat dibuat takjub. Memang ikan sebesar ini merupakan pemandangan yang tidak lazim.

"Ikan sebesar ini bukan dimakan buaya, tapi dia yang makan buaya," kata seorang pria yang mengamati patin itu dari dekat. Sumiati (47), seorang pegawai yang belanja ikan di Cinde mengaku kaget melihat ikan itu. Seumur hidupnya baru kali ini ia melihat ikan patin sebesar itu. "Tidak kuat mengambilnya, apalagi makannya. Mungkin untuk sedekahan makan 100 orang, ikan itu dak bakal habis," katanya.

Banyak warga yang mengambil gambar ikan raksasa itu menggunakan ponsel. Ada juga yang penasaran dan memencet tubuh ikan itu. Beberapa warga tertarik dan menanyakan harganya, tetapi urung karena Heri menyebut Rp 55.000 per kg.

Heri menolak ikan itu dipotong-potong. Karena kemarin tidak ada yang sanggup membelinya, ikan itu akan dijual ke Pekanbaru. "Kami bakal dapat untung besar karena harga ikan ini bisa sampai Rp 55.000 per kilo," ujar Heri.

Menurut dia, semakin besar ukuran ikan patin sungai, akan semakin mahal pula harganya. Harga ikan patin liar di bawah 5 kg dipatok Rp 40.000, tetapi kalau lebih, akan mencapai Rp 50.000- Rp 55.000 per kilo. Ikan patin sungai juga lebih mahal dari ikan patin tambak yang harganya berkisar Rp 30.000 per kilo.

Heri dan Fendi mengakui, meski tidak ada yang sanggup membelinya, ikan itu mendatangkan keuntungan lain. Sejak pagi ikan yang dipajang itu seperti menarik pembeli untuk singgah dan membeli ikan jenis lain di lapaknya.

Dihubungi terpisah, Yanto, pengumpul ikan yang menjual patin itu kepada Heri, mengatakan, patin raksasa seperti itu tergolong langka. Umurnya diperkirakan sekitar 7 atau 8 tahun. "Biasanya dagingnya lebih gurih dan gemuk. Cobalah kamu pasti merasakan bedanya, enak," katanya. (Aang/Wira)